Mejeng di bus Surabaya Heritage Track
Setelah tiga bulan berdomisili di Surabaya, saya mulai mencari wisata kota yang menarik untuk dikunjungi. Bukan mall tentunya. Berbekal searching di internet, pada Juni 2013 lalu saya dan seorang rekan memutuskan untuk ikutan tur gratis dengan Surabaya Heritage Track (SHT). SHT ini adalah suatu program tur keliling lokasi bersejarah di Kota Surabaya yang diadakan oleh Museum House of Sampoerna Surabaya. Ada rute yang berbeda setiap harinya dan tempat yang dikunjungi berbeda pula. Turnya singkat, hanya sekitar 60-90 menit saja.


Tahun 2012, saya berdomisili di Kabupaten Ende, Flores, NTT selama setahun. Sejarah kehidupan saya yang beberapa kali berpindah tempat membuat saya menemukan khazanah keberagaman dalam Indonesia. Keberagaman dan perbedaan yang ada di segala penjuru tanah air ini tentunya melahirkan kelompok mayoritas dan minoritas yang tak dapat dipungkiri lagi.  Perbedaan yang ada bisa ditinjau dari segi agama, budaya, suku, ras, dan status sosial. 

Dalam lingkup sehari-hari, kelompok mayoritas dan minoritas dapat dilihat dari hubungan sosial dan pergaulan. Misalnya, seorang anak etnis A dikucilkan oleh teman-temannya yang mayoritas etnis B. Perkelahian antar umat beragama sebagai sebuah isu yang sensitif bisa juga terjadi jika tidak adanya toleransi. Ada siswa di suatu sekolah yang dikucilkan hanya karena warna kulit dan fisiknya berbeda dengan kebanyakan teman-temannya. Seseorang yang sejak kecil terbiasa hidup di lingkungan yang heterogen biasanya akan lebih mampu menerima perbedaan. Berbeda jika seseorang tidak pernah diajari tentang bagaimana menyikapi keberagaman, ia hanya terkurung dalam pemikirannya tanpa mau membuka hati terhadap sebuah perbedaan. Maka, ia akan cenderung sulit menerima orang lain yang memiliki perbedaan latar belakang dengan dirinya.