Abstraksi
Perbedaan tingkat perekonomian keluarga menjadi pemicu masalah yang cukup pelik di kalangan siswa SD kami, mulai dari meminta teman untuk mengerjakan PR sampai dengan bullying teman sebayanya. Sungguh ironis menurut saya, melihat seusia mereka yang masih anak-anak sudah bisa memanfaatkan teman-temannya dengan cara yang salah dan sangat buruk.
Latar Belakang
Saya mengajar di SDN 01 Lebak Situ, daerah pedesaan namun tingkat perekonomian masyarakatnya cukup baik. Akan tetapi, hal ini membuat saya sedih karena perbedaan tingkat perekonomian antar warga yang cukup besar memicu dampak yang buruk dalam menghadapi pergaulan siswa di sekolah. Di sekolah saya, ada 2 tipe siswa dilihat dari tingkat perekonomian keluarganya, yaitu yang tergolong pada sebutan si “kaya” dan si “miskin”.
Permasalahan
Hari ini ruang kelas terlihat ramai. Ketua kelas sibuk menertibkan teman-temannya untuk siap melaksanakan pelajaran. Diawali dengan mengabsen siswa terlebih dahulu. Tiba-tiba salah seorang siswa saya meminta ijin keluar untuk ke toilet.
Hampir 30 menit, siswa itu keluar dan tidak kembali ke ruang kelas. Akhirnya, saya temui dia di toilet dan ternyata dia tidak ada di toilet. Kemudian saya mencarinya ke kantin sekolah, ternyata dia ada di situ bersama-sama teman sebayanya yang berbeda kelas. Saya panggil anak itu, kemudian saya tanyakan sedang apa yang dia lakukan di sana bersama teman-temannya.
Awalnya dia tidak mau menceritakan. Karena saya desak terus dengan berbagai pertanyaan, akhirnya dia mengakui bahwa dia disuruh oleh teman-temannya itu untuk mengerjakan PR nya dengan imbalan akan diberikan uang. Untuk menyebutkan jumlah besarannya, mungkin tak seberapalah tetapi dengan cara yang seperti ini sungguh keterlaluan bagi saya. Akhirnya, siswa tersebut saya bawa masuk kembali ke dalam kelas untuk mengikuti pelajaran.
Mengatasi Masalah
Untuk mengatasi permasalah itu, saya mencoba membiasakan siswa untuk turut berbagi di kelas terhadap sesama dengan tak memandang dia itu miskin atau kaya. Di dalam pelajaran yang memerlukan kerja kelompok, saya berusaha menggabungkan para siswa dengan latar belakang yang berbeda (dilihat dari tingkat perekonomian keluarganya, kemampuan akademis, dan keaktifan siswa). Hal ini dimaksudkan agar siswa tidak membedakan satu dengan lainnya dan dapat menghargai setiap usaha siswa, terutama dalam mengerjakan tugas. Saya juga menekakan pada seluruh siswa agar tidak terjadi hal-hal yang tidak baik/ buruk.
Lesson Learned
Pendidikan karakter yang disisipkan
Di sini, penulis bisa menyampaikan pendidikan karakter apa yang disisipkan selama proses belajar. Misalnya, belajar bekerja sama dengan cara kerja kelompok, belajar antri, dsb.
jadi teringat disertasi dosen saya, Dr. Maksudin, tentang pendidikan karakter
BalasHapuswah...
Hapustentu akan lebih menarik lg jika hasil penelitian beliau diaplikasikan oleh para praktisi pendidikan .