Pantai Penggajawa? Di mana itu?
Mungkin beberapa pembaca belum mengetahui di mana letak Pantai Penggajawa dan apa keistimewaan dari pantai ini. Pantai yang berlokasi di desa Penggajawa, kecamatan Nangapanda, Kab.Ende ini memiliki sebuah keunikan, yaitu hamparan batu warna-warni yang menghiasi tepian pantai! Yap, bebatuan itu alami berasal dari pantai ini. Warnanya macam-macam, yaitu biru, pink, hijau, kekuningan. Namun, yang mendominasi adalah batu warna hijau muda. 
Sore itu, saya pergi ke pantai ini berboncengan naik sepeda motor dari Nangapanda. Cuaca yang cerah dan pemandangan bebatuan yang cantik mendukung terbentuknya suasana yang mengasyikkan untuk duduk-duduk di tepi pantai. 
Sesuai dengan bebatuannya yang alami, pantai inipun masih alami. Sepi dan jauh dari keramaian. Sore itu, hanya ada sekitar 6 anak kecil yang bermain di pinggir pantai bersama seorang penduduk. Kata bapak-bapak itu, pantai ini ramai kalau lebaran atau hari natal. Oya, banyak penduduk yang mengumpulkan batu ini dalam karung-karung lalu dijual dengan harga murah. Harga batu satu karungnya berkisar antara 15.000-25.000 tergantung besar dan banyaknya. Lain halnya jika batu ini sudah dikirim  ke luar NTT, harganya akan naik berkali-kali lipat :-(
Saya jadi membayangkan kalau pantai seunik ini berada di Lombok, bali atau Jawa. Wahhh...pasti ramai pengunjungnya ya. 
Pantai Penggajawa dengan bebatuannya yang khas menambah daftar deretan pantai-pantai indah di daratan Flores. Sayangnya, pantai ini belum mendapat perhatian lebih untuk dijadikan sektor pariwisata. Terbukti dengan tidak adanya penjual makanan dan penjual souvenir di sekitar pantai. Padahal, bebatuan cantik itu bisa diukir sedemikian rupa supaya tercipta suvenir yang manis.Lebih bagus lagi kalau dikembangkan menjadi industri kerajinan suvenir khas.  Mungkin, lokasinya yang tidak begitu familiar juga membuat pantai ini tidak terekspos di kalangan luas. Wah...padahal unik banget. Saya belum pernah menemukan ada pantai yang memiliki hamparan bebatuan warna-warni, kecuali di sepanjang garis pantai Penggajawa.
Sedikit menambahkan: saya ke pantai ini pada 17 Agustus 2012 yang (cukup) istimewa dalam catatan kehidupan saya :’)

Bulan ramadhan 2012 ini full saya jalani di tanah perantauan. Tentu nuansanya sangat berbeda dibanding ramadhan yang sudah-sudah.
Nggak ada istilah beli makanan sahur, buka di masjid, masak bareng ibuk, buber nongkrong keren halah gak ada. Kali ini, temanya kebersamaan dalam kesederhanaan. Masak bareng temen sekos. Oya, sekedar info, di sini masih menggunakan kompor minyak lho...karena harga minyak tanah murah meriah... 3500 rupiah per liter...
Alhamdulilah kos kedua saya ini dekat dengan musolla. Sehingga saya dan teman-teman kos nggak kesulitan untuk menjalankan ibadah shalat tarawih :-) cukup jalan kaki beberapa meter saja.
Oya di sekolahan juga ada acara sehari untuk yang beragama muslim. Pesantren kilat dan buka puasa bersama. Hal ini menunjukkan tingginya toleransi beragama di sekolahku. Bahkan, kepala sekolah turut hadir ssekedar memberi sambutan saja. Selebihnya, acara diikuti siswa-siswa muslim dan guru. Yang masak bubur kacang ijo untuk buka puasa adalah guru wanita yang beragama non muslim (dibantu beberapa siswa non muslim). Tuh kan...toleransinya begitu tinggi. Menu buka puasanya itu tuh... yang foto...sebelah kanan pojok bawah.. hmmm ada bubur kacang ijonya juga :-)
Dan setelah sekian tahun nggak ikut upacara 17 Agustus, tahun ini saya , Mbak Feri dan Mas Bangkit upacara 17 agustus di lapangan pu'ukungu di kecamatan kami.