Melenggang ke Kampung Naga~ Tasikmalaya~ Jawa Barat





Yang lagi kangen jalan-jalan mana suaranyaaa?

*kemudian angkat tangan*
Bener nih lagi butuh refreshing meskipun hujannya kadang turun. Jalan-jalan di alam terbuka mana seru kalo hujan?
Menurut ramalan cuaca, curah hujan di awal September 2016 diperkirakan lumayan intensitasnya. Ah, anggap aja berita itu angin lalu. Saya lebih suka kalo dilamar ketimbang mendengar ramalan cuaca #ups.


Rencana awalnya saya mau mengagendakan jalan-jalan bareng sahabat. Eh ternyata di saat yang bersamaan, kantor ngadain acara gathering ke Garut dan Tasikmalaya. Yach....yah sudahlah mari ikutan. Kabarnya sih bakal jalan-jalan ke jejeran pusat oleh-oleh kulit Sukaregang, Garut dan pabrik dodol.

Ternyata, dalam perjalanan di bus panitia ngebagiin agenda kegiatan selama dua hari satu malam. Salah satu obyek tujuan lainnya adalah Kampung Naga (Dragon Village). Yeaay!  Ngga sengaja keinginanku terkabulkan. Keinginan sejak setaun yang lalu.

Ngga ada kaitannya antara naga bonar, buah naga, dan Kampung Naga. Kampung ini bukan desa wisata, melainkan kampung yang masih tradisional dan menjaga adat leluhur. Kampung Naga ini berlokasi di Desa Neglasari, Kecamatan Salawu, Kabupaten Tasikmalaya, Provinsi Jawa Barat.
Asal-usul Kampung Naga tidak diketahui dengan pasti oleh warganya.

Ada cerita sejarah yang menyebutkan bahwa semua arsip kampung ini dibakar oleh Organisasi DI/TII Kartosoewiryo tahun 1956. Sumber lain menyebutkan bahwa Singaparna, abdi dari kewalian Sunan Gunung Djati menyebarkan agama Islam di sini.
Jalan kaki menuju pelrkampungan
 Untuk melihat langsung kehidupan warga Kampung Naga sekaligus berkunjung ke kampung mereka, pengunjung harus berjalan kaki 30 menit dari lokasi parkiran kendaraan. Jalan kakinya melewati banyak anak tangga dan jalanan berliku. Gaya rumah di Kampung Naga juga unik. Jumlah rumahnya ada 100-an. Kampung ini memang tergolong sepi. Biasanya keramaian warga memuncak jika sedang ada acara perayaan adat, panen atau hari besar.
Kampung Naga
Cinderamata
Cinderamata
 Saya melihat warga yang sedang sibuk membuat cinderamata dari bambu. Ada beragam cinderamata lho. Tersedia juga satu warung kecil-kecilan yang menyediakan kelapa muda segar.  Oh ya, mayoritas penduduk di sini memiliki pekerjaan sebagai petani dan berkebun.
Warga yang lagi depan rumah
 Sebenarnya saya pingin ngobrol lebih banyak sama beberapa warga yang terlihat wira-wiri. Namun, waktunya terbatas karena rombongan harus segera kembali ke titik kumpul. Sekalinya saya nanya ke seorang warga, ia malah mengutarakan sepatah dua patah kata dalam bahasa Sunda yang saya engga paham artinya. Roaming banget Hahahaha *ditoyor pake kamus Sunda*
Nampang dulu

Yang saya ingat, warga melarang pengunjung  berfoto di salah satu rumah yang diberi pagar silang. Pamali istilahnya.
Sepi
 Jalan-jalan ke Kampung Naga sudah tercapai. Kenapa acara gathering ini ngga sekalian mengagendakan Gunung Galunggung sebagai destinasinya juga ya. Kan deketan tuh daerahnya! Eh malah nawar....

4 komentar

  1. asyik ya Mbak Ina bisa singgah ke tempat ini. :)

    BalasHapus
  2. serius, aku kangen kampung Naga. banyak pelajaran dan hikmah yang disampaikan dari tetua di sini. ah pengen ke sana lg

    BalasHapus
  3. Duhh saya belum kesampaian nih main kesini..
    kapan yaa?!

    BalasHapus
  4. waaaaaah jalan-jalannya bikin mupeng.. iiiiiih teryata di tasikmalaya da kampun sebegitu unik nya ya mba..
    www.sistersdyne.com

    BalasHapus

hay. feel free to say anything, except SPAM :-D . i don't want to miss any comment and i will approve your comment here.

If anyone feel that I have"something wrong" in this article, please let me know immediately and i will repair it.